Hai para pejuang SBMPTN!
Gimana nih kabar persiapan SBMPTN-nya? Apakah
udah semakin
mantap dengan TKPA? Atau jangan-jangan semangatnya lagi pada kendur nih? Atau malah ada yang masih belum mulai juga?! Hehehe..
Untuk menemani lo mempersiapkan diri buat SBMPTN dan tes masuk PTN lainnya, gue mau share beberapa hal menarik seputar pola belajar siswa-siswa angkatan terdahulu yang patut kalian perhatikan supaya persiapan belajar SBMPTN & UM lo makin tokcer.
Apa yang gue share di sini adalah hasil analisis gue selama dua tahun terakhir bekerja di lembaga pendidikan dan berinteraksi dengan banyak siswa, khususnya para pejuang SBMPTN seperti lo. Analisis ini bermula ketika gue ngeliatjumlah perbandingan saringan SBMPTN dari tahun ke tahun, berikut adalah datanya:
Sebagaimana lo sendiri bisa lihat, dari tahun ke tahun paling-paling cuma sekitar 15-17% doang peserta yang lolos SBMPTN. Artinya persaingan SBMPTN tiap tahun itu emang sengit banget, hanya mereka-mereka yang terseleksi secara ketat yang akhirnya bisa masuk universitas impian mereka. Terus gua jadi rada penasaran dengan pertanyaan berikut:
Kira-kira apa sih yang dilakukan oleh anak-anak yang akhirnya lolos SBMPTN? Apa yang membuat persiapan mereka lebih matang dibandingkan anak-anak yang gagal masuk PTN? Apakah anak-anak yang akhirnya keterima di jurusan impiannya punya sifat atau ciri unik tersendiri dibandingkan anak-anak yang gagal mewujudkan mimpinya?
Nah, mungkin ada beberapa dari lo yang mencoba menjawab kalo salah satu ciri anak yang keterima PTN adalah anak pintar. Eits, kalo lo jawab begitu, berarti lo kurang gaul, men. Lah kenapa kok kurang gaul? Karena tidak sedikit cerita tentang anak yang terkenal pintar di sekolahnya tapi malah gagal masuk jurusan dan universitas impiannya. Sebaliknya, ada aja cerita anak begajulan tukang main, yang malah akhirnya bisa nikung temen-temennya di bulan-bulan terakhir dan berhasil lolos masuk PTN top. Lho, kok bisa gitu? Penasaran kan apa yang membedakan “anak pintar gagal” ini dengan siswa lain yang mungkin ga terkenal pintar, tapi malah berhasil lolos ke jurusan impiannya..
Pada tulisan ini, gue akan mencoba merangkum ciri atau sifat utama apa aja sih yang dimiliki seorang pejuang SBMPTN yang membuat mereka pantas meraih mimpinya. Rangkuman ciri/sifat ini gue ambil berdasarkan pengalaman pribadi di lapangan, cerita para tutor Zenius, dan cerita dari para alumni Zenius tahun-tahun sebelumnya. Gue harap daftar di bawah ini bisa jadi bahan refleksi buat lo semua agar semakin bisa memantapkan mental dan persiapan materi menuju impian kalian masing-masing. Cekidot!
CIRI 1: Mereka Setia pada Mimpinya (Fokus, fokus, fokus!)
Berdasarkan pengalaman gue mengenyam pendidikan di bangku sekolah ditambah lagi 2 tahun belakangan ini bekerja di Zenius, tidak sedikit gue bertemu dengan anak yang memiliki potensi tinggi. Aktif organisasi sana-sini
lah, ikut lomba
lah, bikin bisnis
lah….
wih banyak deh kegiatannya! Hari ini dia sibuk apa, besok sibuk apa. Semua kegiatan itu kadang masih mereka lakukan beriringan dengan persiapan tes masuk universitas. Kesibukan mereka ini kadang memancing orang untuk komentar, “
Lo maunya apa sih? Ini iya, itu iya.” Hasilnya
gimana? Anak-anak berbakat yang seharusnya bisa melenggang dengan santainya masuk universitas, malah akhirnya gagal di berbagai ujian tes masuk universitas.
“Walaupun gue udah terbiasa belajar dengan konsep, gue anaknya malesan dan masih suka nunda. Pas kelas 12, gue juga disibukkan oleh berbagai lomba di sekolah. Karena kelalaian dan kecerobohan gue, alhasil gue gagal di SBMPTN tahun pertama.”
–
Gilang Al Assyifa
(Alumnus Zenius-X 2015, akhirnya berhasil tembus STEI ITB 2015 di tahun kedua)
Sebenarnya sah-sah aja sih kalo lo ingin eksplor segala kemampuan selagi masih muda. Akan tetapi, kita tetap harus bisa tau kapan untuk mengutamakan prioritas pada waktunya. Sekarang coba lo renungkan lagi baik-baik, mana yang saat ini perlu lo utamakan, apakah kegiatan organisasi, kegiatan lomba, coba mulai bisnis kecil-kecilan, atau belajar untuk bisa masuk universitas top nasional? Jawabannya balik ke diri lo sendiri, di sini gua cuma bantu ngingetin lo untuk merenungkan kembali mana yang betul-betul penting untuk jangka panjang.
Terlepas dari itu, tes masuk universitas negeri (SBMPTN, SIMAK UI, dll) adalah salah satu medan tempur paling menantang dalam kehidupan pelajar. Usaha yang dikerahkan juga gak bisa setengah-setengah. Buat lo yang memutuskan bahwa masuk universitas adalah hal yang utama, apakah lo tetap mau multitasking dengan konsekuensi kemampuan 100% lo harus terbagi ke mana-mana? Coba renungkan lagi deh mana hal yang perlu lo prioritaskan, terutama untuk hal yang bersifat jangka panjang.
Di sisi lain, ada juga nih tipe siswa yang ga terlalu banyak kegiatan dan cuma mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah. Namun demikian, tetep aja ada tugas, UTS, UAS, hingga UN yang bisa mengusik konsentrasi belajar untuk SBMPTN. Lalu bagaimana dong para siswa yang akhirnya keterima PTN menyikapi hal tersebut?
Seperti yang udah seringkali Zenius sarankan, sebagai siswa kelas 12,
fokus kalian sudah seharusnya adalah belajar untuk tes masuk universitas. Karena tingkat kesulitan tes masuk universitas itu jaauuuhh lebih tinggi dari ujian sekolah dan UN. Perlu waktu yang banyak dan konsentrasi yang khusus untuk bisa menyicil dan menguasai materi yang diujikan di SBMPTN, terlebih lagi kalo selama ini lo belajarnya masih angot-angotan. Biasanya nih, kalo lo udah terbiasa mengerjakan soal-soal SBMPTN yang super duper susah, soal-soal di UN dan ujian sekolah mah udah ga perlu dikhawatirkan lagi. Dengan kata lain, mempersiapankan diri untuk tes masuk PTN udah cukup juga memberikan lo bekal untuk menghadapi ujian sekolah dan UN.
Salah satu ciri khas dari siswa-siswa yang akhirnya keterima PTN adalah fokus untuk tes masuk universitas. Walaupun mau ga mau persiapan belajar mereka emang sempat ketunda karena ada ujian-ujian sekolah, tapi dari yang gue tau, akhirnya cuma sekadar ikut ujian. Mendapatkan nilai sekadarnya udah cukup buat mereka. Mereka tidak terlalu ambisius lagi untuk dapat nilai tinggi di UN atau US. Karena mereka sangat memahami, pada akhirnya, nilai ujian sekolah dan UN tidak terlalu menentukan lagi ketika ingin masuk universitas. Oiya, jangan lupa juga, di luar sana banyak lho alumni SMA yang meluangkan waktu setahun penuh hanya untuk belajar SBMPTN.
“Strategi gue gak mikirin UN langsung sikat aja SBMPTN padahal masih 7 bulan sebelum pelaksanaan SBMPTN.”
–
Abdullah Faqih
(Pengguna Zenius, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Univ. Airlangga 2014)
Fokus juga berarti mengeliminasi segala
distractions yang bisa mengganggu konsentrasi, termasuk mengorbankan hal-hal yang dekat dengan kita tapi ternyata malah memberi efek negatif pada proses persiapan belajar SBMPTN. Lo bisa simak
cerita Wisnu yang rela puasa nge-band selama setahun penuh agar bisa fokus belajar masuk ITB. Ada juga cerita Ifandi yang secara tegas menjauhi lingkungan pergaulan yang ga mendukung demi mimpinya masuk UI.
“Walaupun Team-N ini tidak suportif terhadap gue dan teman-teman dekat gue, gue gak terlalu ambil pusing. Toh semua ini demi satu tujuan. Ya, jaket kuning. Gue pun tetap meneruskan target gue sementara Team-N itu hura-hura, mabok, bolos, dan lain-lain, yang gue pikir di saat-saat kelas XII ini bukan waktu untuk yang begituan lagi. Melainkan untuk fokus pada tujuan yang lebih penting.”
CIRI 2: Mereka Berani Keluar dari Zona Nyaman
“H-6 bulan, gue paksa diri gue untuk belajar pelajaran yang gue ga suka, seperti Kim, Bio, B.Ind, B.Ing. Kadang begadang untuk kerjain soal semaleman. Kadang tidur lima jam, terus bangun buat belajar lagi. Kalo ga ada ujian atau ambil nilai di sekolah, gue cabut buat belajar lagi.”
Terkadang, gue masih aja mendapati siswa kelas 12 yang berkomentar seperti ini:
Duh, gue tuh ga bisa belajar lama-lama liatin buku. Sejam pasti udah ketiduran
Gue paling ga bisa deh belajar sendiri. Gue tuh bisanya belajar kalo ada orang yang bimbing langsung
Well, sorry to say nih, berdasarkan pengalaman gue melihat begitu banyak siswa yang jungkir balik untuk masuk PTN, kalimat-kalimat di atas mah cuma
excuse doang. Kalo gue lihat sih, mereka yang melontarkan kalimat tersebut masih kebawa aura atau jiwa main dari kelas 10 dan 11. Mereka masih belum memahami betapa sengitnya medan tempur yang akan mereka hadapi ke depan. Mereka sih udah ada keinginan mau nerusin ke mana, biasanya sih pilihannya standar, jurusan bergengsi di universitas bergengsi pula. Tapi sayangnya, mereka masih belum ngerti arti dari keinginan tersebut. Mereka masih belum mengerti segala daya upaya yang harus dikerahkan demi mencapai keinginan tersebut. Mereka masih belum
mendalami secara sungguh-sungguh komitmen yang mereka buat untuk diri mereka sendiri.
Karena terlalu sibuk dengan drama di pikirannya (“
aku tuh ga bisa ini”, “
aku tuh ga begitu”), jatuhnya persiapan tes masuk PTN mereka hanya sekadarnya. Mendekati hari-hari menuju tes, mereka kelabakan karena akhirnya menyadari apa yang mereka persiapkan tidaklah cukup. Mulai deh kompromi terhadap target awal. Ujung-ujungnya, mereka berakhir di pilihan yang sangat jauh dari keinginan awal.
Kebalikannya, siswa-siswa yang akhirnya keterima PTN, memahami betul what it takes to reach their dreams. Mereka sadar, medan tempur kali ini berbeda daripada ujian-ujian mereka sebelumnya sebagai pelajar. Mereka mulai mengulik masalah belajar yang mereka miliki dan menerapkan solusi tindak lanjut. Mereka berani keluar dari zona nyaman untuk membentuk diri agar pantas diterima di jurusan dan universitas impian.
“Gw SMA cuma ranking 30 dari 36 siswa, sering keluar masuk ruang BK karena banyak masalah, guru gw sendiri pernah meragukan gw kenapa orang kaya gw bisa naik kelas, kacau deh pokoknya. Pas kelas 12, gw udah mulai bercita-cita masuk universitas favorit gw ….. Gw berjuang keras, gw ngejar materi dari kelas X sampai kelas XII karena dulu gw nggak serius belajar, gw harus begadang dan bolos sekolah cuma buat belajar sbmptn di zenius.”
CIRI 3: Mereka Gak Menghafal Tipe Soal atau Rumus, tapi Belajar Konsepnya!
“Gue bisa dibilang ga terlalu pinter! gue kenal zenius kelas 3, cara pengajaran zenius berbeda 180 derajat dari semua Bimbel or Sekolah, kalo di sekolah elo cuma diajarin rumus dan teori, di sini elo diajarin konsep dan untuk apasih ilmu itu sendiri, dan alhasil belajar lo jadi SERU banget! Rasa ingin tahu meningkat dan kecerdasan pastinya, dan semua itu gue rasa terbukti dengan diterima nya gue di FTI ITB 2013 ini”
Ini nih salah satu poin kenapa ga sedikit anak pintar gagal di tes masuk PTN. Terlebih dahulu, kita perlu bedah kata “pintar” yang biasa dipake di lingkungan sekolah. “Anak pintar” itu biasanya diasosiasikan dengan anak yang langganan dapat nilai bagus dan juara di sekolah.
Tapi perlu diingat, nilai bagus di sekolah (Indonesia) ga jarang bisa diraih dengan mengandalkan kemampuan menghafal doang dan sistem kebut semalam. Setelah ujian, buyar deh itu semua hafalan dari ingatan, esensi ilmunya juga ga dapet. Gue ketemu aja lho anak yang terkenal pintar di sekolahnya, tapi sebenarnya dia ga begitu ngerti apa-apa.
Nah, cara belajar yang mengandalkan hafalan ini bahaya kalo tetap diterapkan untuk persiapan SBMPTN dan tes PTN lainnya. Kalo lo udah mencicipi soal-soal SBMPTN, lo bisa melihat dengan jelas bahwa materi SBMPTN itu membutuhkan pemahaman konseptual dan kritis terhadap ilmu sains yang terintegrasi. Jadi, kalo lo masih mengandalkan cara belajar ngafal per bab demi kejar setoran tanpa melihat perspektif besar dari ilmu itu sendiri, ada baiknya lo mulai ubah cara belajar lo dari sekarang sebelum terlambat.
CIRI 4: Mereka Tidak Cepat Puas dengan Nilai TO
“Tiap hari, kapanpun, di manapun gue selalu ngerjain modul dari bimbel zenius-x sampe 2 kali. Dan jangan cepet-cepet buat liat/ nanya pembahasannya dulu sebelum lo nemuin sendiri. Karena menurut gue, kalo lo ngerjain soal yang emang bagus dan bisa nemu jawabannya sendiri, konsep dan runutan berpikirnya akan lebih ketanem di otak lo dan susah buat lupa. Kalo jawabannya cuma lo denger dari orang lain kan bisa aja saat itu lo ngerti, tapi besok-besok lupa.”
Kalo gua perhatiin, mereka yang akhirnya emang layak keterima masuk PTN top nasional itu tidak cepat puas sama usahanya, dan terutama pada evaluasi nilai dari passing grade (pg) ketika Try Out (TO). Misalnya nih, lo mau masuk jurusan Psikologi UNPAD. Melihat bocoran passing grade dari beberapa bimbel ataupun dari online, lo lihat pg psiko UNPAD adalah 47. Pada bulan Februari, lo berhasil mencetak skor 47,5 di TO yang lo ikutin di salah satu bimbel. Lo udah merasa puas mulai mengendorkan belajar buat SBMPTN, “Ah, udah jebol lah ini”
Gue mau ingetin nih supaya lo ga kejebak dalam kasus di atas. Kenapa? Zenius udah pernah jelasin bahwa setiap
PTN tidak pernah secara resmi mengumumkan passing grade yang digunakan untuk menyeleksi para peserta SBMPTN. Mereka selalu menyaring siswa-siwa dengan nilai teratas. Tahun kemarin, bisa saja PG 47 adalah batas minimal untuk diterima di Psikologi UNPAD. Tapi tahun ini siapa yang tahu? Bisa saja peminat Psikologi UNPAD tahun ini lebih banyak. Bisa saja juga kemampuan mereka lebih jago dari tahun sebelumnya.
So, saran gue belajarlah habis-habisan untuk dapat passing grade setinggi-tingginya yang lo bisa, agar lo bisa semakin mengamankan posisi di jurusan yang lo tuju. Jangan cepat puas.
CIRI 5: Mereka Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin
“(untuk ngejar semua materi IPS, karena gue anak IPA) … Gue belajar mandiri di sekolah (biasanya pas belajar biologi dan kimia) maupun di rumah sepulang sekolah, dan tentunya pas liburan.”
–
Donna Safiera
(Tutor Bahasa Inggris Zenius, Alumnus Akuntansi UI)
Mereka yang akhirnya keterima di PTN impian memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar, termasuk saat liburan. Mereka membayar jadwal belajar mereka yang sempat dan bakal tertunda karena adanya tugas, ujian sekolah, dan UN, pada saat liburan. Mereka juga sangat mengerti bahwa apa yang mereka hadapi setelah liburan semester kelas 12 ini berbeda dengan yang sebelum-sebelumnya. Kehidupan yang benar-benar berbeda di tahun depan, mulai dari lingkungan, teman, gaya hidup, materi kuliah, hingga sistem pembelajaran baru; memerlukan persiapan yang sangat matang. Mereka yang memanfaatkan waktu liburan untuk fokus belajar tes masuk PTN memiliki mental yang lebih baik ketika tes PTN bahkan ketika perkuliahan mulai bergulir.
“Begitu juga ketika liburan kenaikan kelas 12, gw ulangi lagi materi matematika dan fisika kelas 11 dengan tujuan yang sama. Alhasil, ketika mengerjakan soal tes masuk PTN, gw tidak begitu kesulitan mengerjakan soal-soal matematika dan fisika di buku-buku soal latihan PTN.”
– Ivan Alim
Tutor Matematika Zenius-X, Alumnus Teknik Mesin UI
****
Hayoo, udah pada punya ancer-ancer jadwal belajar belum nih buat liburan ntar? Atau masih ada aja yang heboh sama segala drama di pikirannya? Hehehe. Gue berharap paparan gue di atas bisa menjadi sentilan yang bisa menyadarkan lo dari segala hal dalam 6 bulan belakang yang masih menghambat lo untuk belajar tes masuk PTN. Clean your acts, focus, and do your best to make yourself deserve your own dreams!